Rabu, 26 Oktober 2011

Negeri Sandiwara

Hijau permai menari-nari dengan nada angin
Deburan ombak mendera membisik hati
Kesejukan negeri ini selalu terkuak dalam hatiku

Namun mengapa..!!
Mengapa banyak tikus menggerogoti negeriku.!!
Negeri yang permai nan indah ini
Kapan..!!
Sampai kapan negeriku akan kembali hijau lagi..??
Sampai kapan para tikus dinegeriku akan mati..??

Tak ingatkah sang tua mengalir darah..??
Tak ingatkah sang tua berteriak keras..??
Ironi
Sungguh ironi negeriku

Derita sang semut berjuang melawan tikus
Derita sang semut menangis pilu
Sungguh hina kau tikus pemakan bangkai
"Kembalikan..!!"
"Kembalikan ladang hidup kami..!!
Sampai kapan sang semut akan berjuang
Berjuang untuk negeri sang tikus
Negeri yang penuh dengan sandiwara

Selasa, 25 Oktober 2011

Mentari Hatiku

Tercekik ku diantara tangisan itu
Terdiam aku menjalani detik yang selalu berlalu
Apakah engkau tak mendengar apa yang aku ucap?
Tak bisakah kau hentikan langkahmu tuk menolehku?

Wahai ayahku
Bisakah aku menyentuh ragamu?
Bisakah aku mendapatkan pelukku yang dulu?
Tak mungkin..!!
Sungguh tak akan mungkin..!!!

Kau hanya diam walau tangisku meleburkan rumahmu
Kau hanya diam disaat aku tersimpuh dukamu
Duka atasmu yang tak akan kembali
Dukamu yang mungkin akan selalu bersemayam dalam palungku

Doa'ku
Doaku menemanimu
Doaku berharap kau mampu
Doaku untuk sebuah keringananmu

Aku tak tahu apakah engkau ketakutan
Aku tak tahu apakah engkau menjerit dibawah sana
Aku tak tahu apa yang engkau ucap
Aku tak tahu apa yang kau rasa ayah !!

Sembari senyumanmu datang menyegarkan hati yang merindumu
Sembari kenangan kita terkuak dalam pikirku
Kau terhebat yang pernah ada
Kau Mentari Hatiku yang akan terus bersinar walau tak ada ragamu bersamaku Ayahku.

Kereta Masa Depan

"Teeet..teeet..teeet.."
Suara kaki bergemuruh berlomba-lomba membawa sebuah harapan dimasa depan
Seketika terdiam hati yang beku untuk meraih
"Aku ingin.."
"Aku ingin.."
"Aku ingin menjadi sukses"
Jiwa bergelora untuk berlari
Tangan berlomba untuk meraih

"Menyesal..!!"
Sungguh Kau akan menyesal hai tunas yang tumbuh tak bernyawa ilmu
Detikmu akan terbuang
Tangis sesalmu akan selalu kau urai
Dan kereta yang menantimu akan berjalan tanpamu

Beribu jejak tawa kita tinggalkan
Beribu kenangan kita habiskan
Apa yang kau pikir wahai kawanku
Masihkah engkau berangkuh untuk berjalan
Berjalan kemasa depan yang terang

1095hari kita bersama
1095hari kita berjuang
Kini tersisa hasil yang kita tanam
Tanaman sebagai bekal dimasa depan

Si Tua bertulang Baja

Kau berjalan menuju lorong dimana untukmu bersinggah
Kau kenakan sepotong baju tak berdaya melawan angin
Saat gelap kau hanya mengigil tertiup angin malam
Naasnya hidupmu disaat seorang menindasmu
"Kejam..!!"
"Kejam..!!"
Sungguh kejam dia yang bertopeng malaikat
Tapi engkau sungguh baja,
berdiri tegak untuk tetap hidup didunia sandiwara ini
Sampai kapankah semua derita pilu ini berakhir..??
Sampai kapankah dia akan terdiam menertawakanmu..??
Akankah kau goyah wahai sang tua bertulang baja
Selalu tersenyum meski Mentari kan sirna
Sungguh kau manusia bertulang baja
Jiwa kuat walau ragamu dimakan usia


Mereka mengecammu atas apa yang sehari kau kerjakan
Mereka berjalan dengan anggun bak seorang mulia
Keping demi keping selalu kau ambil
Satu dari bagian sisa para manusia angkuh selalu kau ambil
Oh Tuhan,adilkah semua yang Kau beri kepadanya
Sang tua tak berdaya menahan lapar dilorong gelap
Sang tua yang hanya menanti waktunya untuk bahagia disinggasana surga